Pages

Subscribe:

Jumat, 25 Januari 2013

budidaya kacang hijau








 Klasifikasi :
                                               Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
                                               Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
                                               Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
                                               Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                                               Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                                               Sub Kelas: Rosidae
                                               Ordo: Fabales
                                               Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
                                               Genus: Phaseolus
                                               Spesies: Phaseolus radiatus L.

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.*
Sebagai makanan, tanaman yang diperkirakan berasal dari India ini menghasilkan berbagai masakan. Mulai dari aneka panganan kecil, bubur, sampai kolak. Namun selain rasanya yang gurih dan lezat, kacang hijau dan kecambahnya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Nutrisi Penting

           Kacang hijau atau Phaseolus Aureus berasal dari Famili Leguminoseae alias polong-polongan. Kandungan proteinnya cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain; kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan tubuh. Sedangkan  kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh, sehingga aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki masalah kelebihan berat badan.
Protein Tinggi

          Kacang hijau mengandung protein tinggi, sebanyak 24%. Dalam menu masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan adalah alternatif sumber protein nabati terbaik. Secara tradisi, ibu-ibu hamil sering dianjurkan mengonsumsi kacang hijau agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel rambut memerlukan gizi yang baik terutama protein, dan karena kacang hijau kaya akan protein maka keinginan untuk mempunyai bayi berambut tebal akan terwujud.
Kalsium  dan fosfor

Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang.
Lemak Rendah

         Sangat baik bagi orang yang ingin menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan/minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah tengik. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk menjaga kesehatan jantung.
Vitamin B1 (tiamin)
  • Untuk pertumbuhan. Pada awalnya vitamin B1 dikenal sebagai anti beri-beri. Selanjutnya dibuktikan bahwa vitamin B1 juga bermanfaat untuk membantu proses pertumbuhan. Defisiensi vitamin B1 dapat mengganggu proses pencernaan makanan dan selanjutnya dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan. Dengan meningkatkan asupan bahan makanan yang banyak mengandung vitamin B1, seperti kacang hijau, hambatan pertumbuhanpun dapat diperbaiki.
  • Meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan.
    Secara tak langsung peran ini sangat berkaitan dengan efek perbaikan pertumbuhan badan. Penelitian mengungkapkan bahwa defisiensi vitamin B1 menyebabkan waktu pengosongan lambung dan usus dua kali lebih lambat yang mengindikasikan sulitnya proses pencernaan makanan yang terjadi sehingga kemungkinan makanan tersebut tidak dapat diserap dengan baik.
  • Sumber energi
    Vitamin B1 adalah bagian dari koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk diubah menjadi energi. Tanpa kehadiran vitamin B1 tubuh akan mengalami kesulitan dalam memecah karbohidrat.
  • Memaksimalkan kerja syaraf
    Tanda-tanda pertama orang yang kekurangan vitamin B1 adalah penurunan kerja syaraf. Kegiatan syaraf terganggu karena oksidasi karbohidrat terhambat. Penelitian pada sekelompok orang yang makanannya kurang cukup mengandung vitamin B1 dalam waktu singkat muncul gejala-gejala mudah tersinggung, tidak mampu memusatkan pikiran, dan kurang bersemangat. Hal ini mirip dengan tanda-tanda orang stress.

Vitamin B2 (riboflavin)
  • Membantu penyerapan protein di dalam tubuh
    Salah satu teori menyebutkan bahwa vitamin B2 dapat membantu penyerapan protein di dalam tubuh. Kehadiran vitamin B2 akan meningkatkan pemanfaatan protein sehingga penyerapannya menjadi lebih efisien.


Budidaya Kakao


Kakao

?Kakao


Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
T. cacao
Theobroma cacao
L.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

Penghasil kakao

Delapan negara penghasil kakao terbesar adalah (data tahun panen 2005)
  1. Pantai Gading (38%)
  2. Ghana (19%)
  3. Indonesia (13%, sebagian besar kakao curah)
  4. Nigeria (5%)
  5. Brasil (5%)
  6. Kamerun (5%)
  7. Ekuador (4%)
  8. Malaysia (1%)
Negara-negara lain menghasilkan 9% sisanya.

Jenis-jenis komoditi

Buah dari tiga hibrida kakao yang berbeda seri "Djatiroenggo" (DR).
Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar: kakao mulia ("edel cacao") dan kakao curah/lindak ("bulk cacao").

Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Kultivar-kultivar penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Kakao mulia berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe Criollo.

Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari kultivar-kultivar yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.

Produksi kakao telah meningkat dari 1,5 juta ton pada tahun 1983-1984 menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2003-2004, hampir seluruhnya karena perluasan area produksi daripada menghasilkan meningkat. Kakao ditanam baik oleh perkebunan besar dan agroindustri produsen kecil, sebagian besar produksi berasal dari jutaan petani yang memiliki beberapa pohon masing-masing.

Sebuah pohon mulai berbuah dan dipanen ketika tanaman sudah berumur empat atau lima tahun. Sebuah pohon dewasa mungkin memiliki 6.000 bunga dalam setahun, namun hanya sekitar 20 buah. Sekitar 300-600 bibit (kira-kira dari 10 buah) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg pasta kakao.
Secara historis, pembuat cokelat telah mengakui tiga kelompok kultivar utama biji kakao digunakan untuk membuat kakao dan coklat Yang paling berharga, langka, dan mahal adalah kelompok Criollo, biji kakao yang digunakan oleh Bangsa Maya. Hanya 10% dari coklat terbuat dari Criollo, yang kurang pahit dan lebih aromatik daripada kacang lainnya. Biji kakao di 80% dari coklat dibuat dengan menggunakan biji dari kelompok Forastero. Pohon Forastero secara signifikan lebih keras daripada pohon Criollo, sehingga biji kakao lebih murah. Trinitario, hibrida dari Criollo dan Forastero, digunakan pada sekitar 10% dari coklat. Ini, baru genetis berbasis klasifikasi menjadi 10 kelompok juga dapat membantu pemulia tanaman untuk menciptakan varietas baru yang tahan hama dan penyaki dan mengandung rasa yang lebih disukai.

Budidaya Tanaman Jeruk


Budidaya Tanaman Buah Jeruk

Jeruk
( Citrus sp. )


I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.

1.2. Sentra Penanaman
Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC).
Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.

1.4. Manfaat Tanaman
a. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi.
b. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue.
c. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin.
b. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.
c. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C.
d. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari.
e. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%.

2.2. Media Tanam
a. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
b. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.
c. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5-6,5 dengan pH optimum 6.
d. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. e. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

2.3. Ketinggian
Tempat Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies:
1. Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1-900 m dpl.
2. Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl.
3. Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300-800 m dpl.
4. Jenis Siem: 1-700 m dpl.
5. Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1-700 m dpl.
6. Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl.
7. Jenis Purut: 1-400 m dpl.

 III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.

 3.1.3. Teknik Penyemaian Bibit
 a. Cara generatif
Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1). 

b. Cara Vegetatif
Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

 3.2. Pengolahan Media Tanam
Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini:
a) Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m
b) Manis : jarak tanam 7 x 7 m
c) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m
d) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m
e) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m
f) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m
Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

3.3. Teknik Penanaman
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan:
a) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan.
b) Pengurangan akar.
c) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

3.4.2. Penyiangan
Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.

3.4.3. Pembubunan
Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.

3.4.4. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

Budidaya Semangka


Semangka
?Semangka

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. lanatus
Semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku ketimun-ketimunan atau Cucurbitaceae) adalah tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan. Tanaman ini masih sekerabat dengan labu-labuan (Cucurbitaceae), melon (Cucumis melo) dan ketimun (Cucumis sativus). Semangka biasa dipanen buahnya untuk dimakan segar atau dibuat jus. Biji semangka yang dikeringkan dan disangrai juga dapat dimakan isinya (kotiledon) sebagai kuaci.

Sebagaimana anggota suku ketimun-ketimunan lainnya, habitus tanaman ini merambat namun ia tidak dapat membentuk akar adventif dan tidak dapat memanjat. Jangkauan rambatan dapat mencapai belasan meter.

Daunnya berlekuk-lekuk di tepinya. Bunganya sempurna, berwarna kuning, kecil (diameter 3cm). Semangka adalah andromonoecious monoklin, yaitu memiliki dua jenis bunga pada satu tumbuhan: bunga jantan, yang hanya memiliki benang sari (stamen), dan bunga banci/hermafrodit, yang memiliki benang sari dan putik (pistillum). Bunga banci dapat dikenali dari adanya bakal buah (ovarium) di bagian pangkal bunga berupa pembesaran berbentuk oval.

Buah semangka memiliki kulit yang keras, berwarna hijau pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua. Tergantung kultivarnya, daging buahnya yang berair berwarna merah atau kuning.

Tanaman ini cukup tahan akan kekeringan terutama apabila telah memasuki masa pembentukan buah.


Teknik Budidaya

·  Pengolahan dan persiapan lahan.

Lakukan pengolahan lahan dengan cara dicangkul atau ditraktor, seperti yang biasa dilakukan, hingga lahan siap tanam, dengan lubang tanam ukuran (40 cm x 40 cm x 30 cm), dengan jarak tanam (1 m x 2 m)., selanjutnya buat guludan dengan lebar guludan 3,6 m, lebar parit 40 cm. Untuk mengurangi serangan penyakit dan menekan pertumbuhan gulma, dianjurkan menggunakan mulsa (penutup tanah) plastik hitam atau perak. Pemasangan mulsa dilakukan setelah pemberian pupuk dasar .

·  Pencegahan penyakit dan persemaian.

Untuk mencegah atau mengendalikan penyakit busuk akar dapat dilakukan sejak dini, yaitu dengan menggunakan ABG-BIO (pengendalian secara biologis) pada persemaian dalam polybag ukuran (8x10) cm yang terdiri dari media tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 sampai 1:1. Aktifkan (1–2) bungkus ABG-BIO dengan (10–20) kg media semai. Siram dengan air hingga lembab, simpan dalam bentuk gundukan dan tutup dengan karung bekas, biarkan selama (2-3) hari, baru dipakai. Atau larutkan 1 bungkus ABG-BIO + 0,5 kg dedak + 2 tutup ABG-D, dalam 10 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2–4) jam. Kemudian siramkan pada media persemaian di atas, (1–2) hari sebelum penebaran benih. Setelah bibit berumur 4 minggu pindahkan ke lahan.
·  Pemupukan.


3.1. Budidaya dengan menggunakan mulsa.
  1. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam, atau buat larutan (1-2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 5 tutup ABG-D, dalam 100 liter air, kemudian siramkan dengan emrat pada bedengan di atas. Setelah penanaman berikan campuran (100–200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCl , atau (15–25) gram/tanaman. Pupuk ditempatkan dalam lubang larikan tanam sedalam 5 cm.
  2. Pupuk susulan. Pupuk susulan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan, yaitu dengan melarutkan pupuk Urea, SP-36 (harus ditumbuk dulu), dan KCl, atau pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + pupuk organik ABG-Bios. Pemberian dilakukan dengan sistem cor mulai 30 HST, yaitu larutkan 1 kg Urea + 1 kg SP-36 + 1 kg KCl, atau gunakan 2 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (1–2) kg ABG-Bios + (5–10) tutup ABG-B, dalam 100 liter air (aduk secara merata). Selanjutnya siramkan sekitar 200 cc/tanaman (satu gelas aqua) pada perakaran tanaman, setiap interval (7–10) hari.
  3. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 10 HST, 20 HST, sedangkan pemberian pupuk ABG-B, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 30 HST, 40 HST dan 50 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk mencegah penyakit pada tanaman semangka, berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios, dalam 50 liter air, aduk secara merata, dan biarkan selama (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman, pada perakaran tanaman.
3.2. Budidaya konvensional (tanpa mulsa).
  1. Pupuk dasar. Pupuk yang digunakan, untuk lahan seluas 1 ha, adalah campuran (2–5) ton pupuk kandang + (100–200) kg ABG-Bios + (10-20) kg campuran media semai dan ABG-BIO yang telah diaktifkan (seperti tersebut di atas). Sebarkan campuran pupuk ini pada bedengan atau diberikan dalam lubang tanam sekitar (1–3) hari sebelum tanam. Setelah penanaman berikan campuran (100–200) kg ABG-Bios + 100 kg Urea + 200 kg SP-36 + 100 kg KCl. Pupuk ditempatkan dalam lubang tugal dengan kedalaman 5 cm, berjarak sekitar 10 cm dari tanaman.
  2. Pupuk susulan. Pupuk susulan dengan menggunakan campuran 100 kg Urea + 50 kg SP-36 + 100 kg KCl + (100–200) kg ABG-Bios diberikan 20 HST, atau campuran 200 kg pupuk majemuk NPK (dengan formula 12-12-17) + (100–200) kg ABG-Bios. Pupuk ditempatkan di sekeliling tanaman, dan selanjutnya dilakukan pembumbunan.
  3. Pupuk ABG. Pemberian pupuk ABG-D, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 10 HST, 20 HST, sedangkan pemberian pupuk ABG-B, dengan konsentrasi (2-3) cc/liter air, dilakukan pada 30 HST, 40 HST dan 50 HST, dengan cara disemprotkan pada tanaman secara merata. Untuk mencegah penyakit pada tanaman semangka, berikan ABG-BIO setiap 2 minggu. Caranya: Larutkan (1–2) bungkus ABG-BIO + 1 kg dedak + 2 kg ABG-Bios, dalam 50 liter air, aduk secara merata, dan biarkan sekitar (2-4) jam. Kemudian siramkan sebanyak (25–50) cc/tanaman, pada perakaran tanaman.
  4. Pemupukan dengan ABG-Tablet. Pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang (2–5) ton/ha + (100–200) kg ABG-Bios + (1–2) bungkus ABG-BIO (diaktifkan dulu). Diberikan (1–3) hari sebelum penanaman. Sekitar (1–7) hari setelah penanaman, berikan (2–3) tablet ABG-Tablet/tanaman. Selanjutnya hanya dikombinasikan dengan ABG-D dan ABG-B sebagai pupuk susulan seperti di atas.

LIDAH BUAYA


LIDAH BUAYA 

Klasifikasi :

                                                        Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
                                                        Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
                                                        Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
                                                        Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                                                        Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                                                        Ordo: Asparagales
                                                        Famili: Asphodelaceae
                                                        Genus: Aloe
                                                        Spesies: Aloe vera L.

Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer

adalah sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.

Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri.

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, penderita HIV/AIDS.

Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin, sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase 3beta,  sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.

Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.